Perlu Dibaca Sebelum Membaca Artikel

Sejak awal sebelum blog ini saya buat saya menyadari akan banyak menimbulkan kontroversi dan polemik tentang materi dan content yang ada didalamnya, karena banyak kalangan yang pasti akan mengklaim bahwa blog ini menyebarkan dan memprogandakan ajaran yang berbau bid’ah, khurafat, musyrik, syirik yang bertentangan dengan Al-qur’an, Al hadist dan Sunnah Rasul. Perlu saya sampaikan disini bahwa saya juga seorang muslim yang mengakui rukun Iman maupun rukun Islam, Saya juga berpegang berpedoman pada Al-qur’an, Al hadist dan Sunah Rasul, Saya juga melaksanakan Ibadah Sholat Wajib, Sholat Sunnah, Puasa Ramadhan, Puasa Sunah Senin-Kamis dll, Setiap akhir Ramadhon saya juga selalu membayar Zakat, Infak dan Shodaqoh dan Insya Allah kalo diberikan kelebihan Rizki akan melaksanakan ibadah Haji sebagaimana yang dilaksanakan oleh kaum muslimin lainnya. Saya hanyalah hamba Allah yang dhohir penuh dengan kebodohan dan ketidaktahuan, karenanya setiap masukan sumbang saran, pertanyaan, kritik dan komentar selalu saya nantikan, dan Insya Allah akan saya respon degan sebaik mungkin sebatas pengetahuan yang saya miliki. "Semua Isi Conten di Blog Ini Hanyalah Wacana Pengetahuan"

ILMU PELET PANDANGAN MATA

| Sabtu, 18 Desember 2010 | 0 komentar |
BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM
RUPA MATA TARUH MATA
MATANNA SI (sebut nama target)
LETTE RITA MAMATAKU
NAKADO ANINNA UMANNA
BERKAT LAILAHAILLALLAH
BERKAT MUHAMMADURROSULULLAH

CARANYA :
- baca 3x senafas
- ambil tatapan matanya & kunci dalam diri kita.

KEGUNAAN :
InsyaAlloh dapat menarik simpati/mahabbah dari
orang yang dimaksud seketika itu juga.

CARA MEMBUAT BENDA BERTUAH/ PENGISIAN BENDA

| Jumat, 17 Desember 2010 | 0 komentar |
sebelumnya benda yng akan di isi di letakkan
diatas kapas yang sudah di basahi dengan
minyak misik. bacalah :NAWAITU TAQWALLOH
WA TAQORRUBAN ILALLOH WA GHOROTAM
MINALLOH WA TAQDIMAL AMRI BISMILLAHIL
LADZI LAA YADZURRU MA ’AS MIHII SYAI’UN FIL
ARDHI WALA FIS SAMAA’I WAHUWAS SAMI’UL
ALIIM.baca 3x tahan nafas

selanjutnya membaca fatihah masing2 satu kali
kepada:
1.Nabi Muhammad SAW
2.sahabat Nabi yang 4
3.Syekh Abdul Qodir jailani
4.Wali songo
5.Kyai gede suropati tegal gubuk Cirebon
6.Sultan Hasanudin Banten
7.Mbah Hamim buntet Cirebon

ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLOH WA ASY HADU ANNA MUHAMMADAR ROSUULULLOH
LAA MAUJUDAN ILLALLOH WALA MA ’BUDA
ILLALLOH ANAFAS ANUFUS ANNAFSIYAH BIL
HAKIIM.baca 3x tahan nafas.

QOOLA ROSUULULLOHI SHOLLALLOHU ALAIHI WA SALLAM QUL MAN JAROB.baca 9x tahan
nafas,lalu tiupkan ke benda yang akan di isi 1x.(di
ulang-ulang sampai 11x)

AN QOBASI HAULIDUNA BABUN NAWAA,LIPAK-
LIPUK GAMAN EMPUK KOYO KAPUK.EMPUK-
EMPUK SAKING KERSANING ALLAH.LAA ILAAHA
ILLALLOH MUHAMMADUR ROSUULULLOH. baca
11x (sebelas kali)

BISMILLAH-BISMILLAH MANDI CIPTANE ALLAH
BISMILLAH-BISMILLAH MANDI SABDANE ALLAH
BISMILLAH-BISMILLAH KANG AMBAGI RASANE
ALLAH BISMILLAH-BISMILLAH DUH GUSTI KANG MOHO
KUWOSO,KULO NYUWUN MUGI=MUGI ….(sebut
bendanya)…PUNIKO DIPUN ISI KEKUATAN
GHOIB,ANTI GAMAN TAJAM,KEKUATAN ANTI PELURU KELAWAN KEKUATNE GUSTI ALLAH.baca 3x.tiupkan ke benda yang di isi.

KETERANGAN:
cara ini dilakukan selama 7 hari dengan di barengi puasa sunah pada siang harinya. bila ingin lebih kuat bisa di tambah bacaan asma-
asma maupun hizib, pada bacaan sebelum
bismillah-bismillah.

AJI KUDALI KOMBANG

| Selasa, 14 Desember 2010 | 0 komentar |
“INGSUN AMATEK AJIKU KUDALI
KOMBANG,ANGISEP SARINING
WESI,ANGISEP SARINING WOJO, ANGISEP
SARINING SEPUH,ANGISEP SARINING
PAMOR,SING WESI LARUT,SING WOJO
LARUT MARING AKU, OPO
KUWASANE,TEGUH OTOTE
KOTOT,TALIBUK-TALIBUK,TALI RANTE
TAPAK PALUNE PANDE,SASINE KIKIR,
SATILASE WUNGKAL,SASINE GUNENDA
SAKAT HAHING BROJO LUPUT,CEDHAK
TUNO ADOH LUPUT KERSANING ALLAH,
TEGUH TEGEN SAKING ALLAH,TEGUH
KERSANING ALLAH”.

Cara Mengamalkannya :
Puasa Mutih 7 hari 7 malam dan pati geni sehari semalam, mulai puasa pada hari Jumat Pahing. Aji
dibaca ketika akan berangkat perang.

Keterangan :
Aji Kudali Kombang ini adalah aji yang sangat
ampuh yang kebanyakan dimiliki oleh para
pendekar pada zaman dahulu. Karena orang yang memiliki Ajian Kudali Kombang ini tidak mempan
senjata apapun, sehingga dengan demikian
musuh akan mudah dikalahkannya.

AJI IDHU PUTIH

| | 0 komentar |
Di tanah Jawa terdapat ribuan ilmu-ilmu
diantaranya ada ilmu pengasihan,ilmu
gendham,ilmu kebal dsb.. saya akan menjelaskan
tentang ilmu kebal yang disebut Aji Idhu Putih.
Kita dapat menahan panasnya logam
dengan jilatan ludah saja.Hebat kan,tapi tingkat
keberhasilan dari ritual ini mayoritas tergantung
pada keikhlasan dan keyakinan dari sang pelaku
yang mengamalkannya. Apabila ilmu ini berhasil
Anda kuasai, Insya Allah logam
panas jenis apapun itu akan bisa Anda jilat
dangan leluasa tanpa merasakan rasa panas
sedikitpun.
Adapun cara mengamalkan ilmu ini adalah
sebagai beriku :
A. Amalan I
a. Anda harus melakukan puasa mutih nurani
selama 3 hari,dimulai hari Selasa Kliwon. Setelah
berbuka,
dilarang untuk makan apapun sampai waktu
sahur.Saat puasa diusahakan untuk menjaga
kata-kata yang
keluar dari mulut anda (jangan menggunjing dan
berkata kotor)
b. Selama puasa, ada 3 macam amalan yang
harus anda tempuh, yaitu :
– Amalan yang dilakukan setiap selesai sholat
fardhu :
1. Wiridkanlah asmaul husna” Al ‘Afuww” 200 kali
2. Setiap mewiridkan Asmal Husna ” Al ‘Afuww”
200 kali, bacalah mantra Aji Idhu Putih dibawah
ini 3 kali :
“Bismillahirahmanirrahiim,
Ono dzat, daima ono pangeran
Iman adem, adem asrep katiban idhuku
putih
Laa haula walaa quwwata illa
billaahil ’aliyyil’azhiim”
- Amalan khusus sesudah sholat isya’
Sesudah selesai Sholat Isya (seusai ritual bacaan
wirid dan mantra diatas) anda harus membaca
surat
Ibrahim semuanya sekali.
- Amalan setiap tengah malam
Lakukan sholat hajat khusus 4 rakaat 2 salam,
dengan cara
1. Rokaat 1, setelah Al Fatihah, baca Al Ihklas 10
kali
2. Rokaat 2, Setelah Al-Fatihah, baca Al Ikhlas 20
kali kemudian salam, lalu berdiri sholat lagi.
3. Rokaat 3, setelah Al Fatihah, baca Al Ikhlas 30
kali
4 Rakaat 4, setelah Al Fatihah, baca Al Ikhlas 40
kali kemudian salam, kemudian mewiridkan :
* Istighfar 21 kali.
* Laailaahaillallah 21 kali.
* Sholawat apa saja 21 kali.
* Mantra Aji Idhu Putih 21 kali.
c. Pada hari akhir puasa, jangan tidur sampai pagi
hari. gunakan waktu anda ketika menunggu pagi
dengan mewiridkan Asmaul Husna Al ’Afuww
semampunya. Jangan sampai tertidur walau
cuma semenitpun.
B. Amalan II
Sebagai amalan ke II setelah menjalani ritual
puasa adalah :
- Mewiridkan “Al Afuwwu” 200kali tiap selesai
sholat fardhu secara terus-menerus. Apabila
berhalangan, dapat
diganti pada waktu yang sempat.Yang penting,
usahakan dalam sehari anda mewiridkannya lebih
kurang 1000 kali.
- Membaca mantra Aji Idhu putih 3 atau 7 kali
setiap selesai sholat Magrib dan Subuh.
Amalan ke II diatas merupakan upaya untuk
mempertajam Aji Idhu Putih yang telah anda
amalkan.
C. Menguji Aji Idhu Putih
Untuk menguji tingkat keberhasilan dari laku yang
telah anda jalani, lakukan percobaan sederhana
terlebih dahulu seperti yang dicontohkan di
bawah ini :
-Panaskan seutas kawat yang berpegangan kayu.
Bakarlah sampai memerah bara.
- Setelah itu,bacalah Al Afuwwu 3 kali dan
mantranya sekali dengan menahan nafas.
Kemudian, jilatlah perlahan kawat yang merah
membara tersebut, itupun akan terasa dingin
seperti es pada lidah anda.
Yang harus anda ingat, setiap akan melakukan
atraksi apapun, bacalah terlebih dahulu amalan
seperti pada waktu anda melakukan percobaan.
Lakukan dengan penuh keyakinan.

AJI HALIMUN SURAH YASSIN

| | 0 komentar |
Kami ingin berbagi sedikit
pengetahuan/pengijazahan tentang aji halimun
surah yassin atau disebut jg sebagai ilmu
menghilang.

Adapun bacaan nya sbb “WAJA’ALNAA MIN BAYNI AYDIIHIM SADDAN WAMIN KHALFIHIM SADDAN FA-AGHSYAYNAAHUM FAHUM LAA YUBSHIRUUNA ” (SURAH YASSIN AYAT 9),

Laku :
1. Niat dg ikhlas
2. Shalat hajat
3.Tawasul kepada :
- Nabi Muhammad SAW
- Malaikat 4
- Sahabat nabi 4
- Nabi Khidir as
- Sech muhiddin Abdul qadir aljailani
- Mbah kuwu sangkan/pangeran cakrabuana
- Kanjeng Sunan gunung jati
- Kanjeng Sunan kalijaga
- Kanjeng Sunan Muria
- Orang tua
- Diri sendiri

3. Dawamkan ayat diatas sbnyak 41 x slama 41
hari (Tanpa putus)

Manfaat/kegunaan insya allah untuk Keselamatan
bagi sipengamal dari gangguan maupun
kejahatan fisik dan non fisik yg bersifat deffensif
(akan muncul dlm keadaan yg terdesak dan insya
allah sudah beberapa kali terbukti)

Manunggaling Kawulo Gusti Ala Islam

| Jumat, 03 Desember 2010 | 0 komentar |
Ma’rifatullah, pada intinya adalah mengenal Allah.
Di dalam tasawuf—ada tahap-tahap yang dilalui :
Syariat, Tariqat, seterusnya Hakikat, dan terakhir
adalah Ma ’rifat. Pada puncak inilah seorang
hamba mengenal pencipta-NYA. Saking
mengenalnya maka seolah berpadu. Orang bilang
ini, “manunggaling kawulo gusti”. Tapi
hendaknya dipahami BERPADU disini tidak berarti
melebur menjadi satu hingga muncul “Tuhan
adalah Aku, Aku adalah Tuhan” seperti
“manunggaling kawulo gusti”-nya Fir’aun
beberapa abad sebelum masehi yang lalu.
Berpadu, artinya terdiri dari entitas yang berlainan
yang masing-masing punya peran dan fungsi
berbeda tetapi rela untuk berpadu. Dalam pada itu
keduanya memberi warna dalam bingkai
ma ’rifatullah yang tegas, yang selama tak
dilanggar batas-batasnya maka lukisan itu (hidup
dan kehidupan) menjadi indah dalam bingkainya.
Sirkuit Syariat (aturan, peribadatan, praktek,
amalan, dsb) –melalui Tariqat (jalan,
pencarian, pencapaian, pemahaman) – untuk
kemudian mencapai Hakikat (hakiki,
kesejatian, absolut) – dan pada akhirnya
Ma’rifat (mengenal) adalah stasiun-stasiun
yang umum dilewati para sufi. Ujungnya,
Allah-nya. Pangkalnya, Allah-nya juga.
Seseorang yang shalatnya benar, rukunnya
benar, maka pahamnya benar, maka akan
mendapatkan kesejatian yang benar, dan
mengenal Allah dengan benar. Hamba yang
mengenal Allah dengan benar maka shalatnya
pun benar, rukunnya benar, pahamnya benar,
dan kesejatian yang didapatinya pun benar.
Itulah Ma ’rifatullah, dimana hamba menyadari hak
dan kewajibannya kepada Allah, sebagaimana
Allah telah memenuhi hak dan kewajiban-NYA
kepada hamba-NYA.
Ini semua merupakan siklus yang berulang.
Sampai di titik Ma ’rifat bukan berarti putus segala
hak dan kewajiban hamba kepada-NYA.
Sebaliknya, justru semakin menyempurnakan
Syariat, Tariqat dan Hakikat, untuk kemudian
mencapai titik siklus Ma ’rifatullah untuk kesekian
kalinya. Persis seperti puncak ombak yang
akhirnya turun dan memecah lautan, bergerak,
beriak, untuk kemudian menciptakan puncak
ombak untuk kesekian kalinya. Jadi proses
Syariat-Tariqat-Hakikat-Ma ’rifat itu adalah sebuah
siklus, tepatnya sirkuit tasawuf.
Siklus atau sirkuit ini harus terus diperbaharui,
disempurnakan —berputar, bergerak, untuk/agar
tetap “diam, mengikuti, stabil” memadu di dalam
“sirkuit harmonisasi universal”. Seorang hamba
yang mencapai Ma’rifatullah, bukan berarti
saatnya shalatnya berhenti, puasanya cuti, dan
seolah kebal dosa. Jika itu yang jadi hasilnya,
berarti ia belum Ma ’rifatullah, mengenal Allah,
hamba menjalani hak dan kewajibannya kepada
Allah, sebagaimana Allah telah memenuhi hak
dan kewajiban-NYA kepada hamba-NYA. Jadi
Ma ’rifatullah bukanlah tempat untuk terminate.
Justru sebaliknya, shalatnya (syariatnya) semakin
tawaddlu karenanya. Semua itu sebagai
perwujudan keterpaduan (manunggaling) tadi
dimana ia semakin mengerti ada hak dan
kewajiban dalam bingkai hubungan Tuhan dan
hamba-NYA. Inilah namanya Kasunyatan yg
sejati. Sehingga kasunyatan itu tak semata dari
semedi ke semedi saja.

FALSAFAH HIDUP KEJAWEN

| Kamis, 02 Desember 2010 | 0 komentar |
Dasar-dasar Falsafah Hidup Kejawen:
Hanggayuh Kasampurnaning Hurip, Bèrbudi
Bawaleksana, Ngudi Sejatining Becik
Perpustakaan pelestarian budaya Yogyakarta
Ketuhanan
1. Pangeran iku siji, ana ing ngendi papan
langgeng, sing nganakake jagad iki saisine,
dadi sesembahane wong sak alam kabeh,
nganggo carane dhewe-dhewe. (Tuhan itu
tunggal, ada di mana-mana, yang
menciptakan jagad raya seisinya, disembah
seluruh manusia sejagad dengan caranya
masing-masing)
2. Pangeran iku ana ing ngendi papan, aneng
siro uga ana pangeran, nanging aja siro
wani ngaku pangeran. (Tuhan ada di mana
saja, di dalam dirimu juga ada, namun kamu
jangan berani mengaku sebagai Tuhan)
3. Pangeran iku adoh tanpa wangenan,
cedhak tanpa senggolan. (Tuhan itu berada
jauh namun tidak ada jarak, dekat tidak
bersentuhan)
4. Pangeran iku langgeng, tan kena kinaya
ngapa, sangkan paraning dumadi. (Tuhan itu
abadi dan tak bisa diperumpamakan,
menjadi asal dan tujuan kehidupan)
5. Pangeran iku bisa mawujud, nanging
wewujudan iku dudu Pangeran. (Tuhan itu
bisa mewujud namun perwujudannya bukan
Tuhan)
6. Pangeran iku kuwasa tanpa piranti, akarya
alam saisine, kang katon lan kang ora kasat
mata. (Tuhan berkuasa tanpa alat dan
pembantu, mencipta alam dan seluruh
isinya, yang tampak dan tidak tampak)
7. Pangeran iku ora mbedak-mbedakake
kawulane. (Tuhan itu tidak membeda-
bedakan (pilih kasih) kepada seluruh umat
manusia)
8. Pangeran iku maha welas lan maha asih,
hayuning bawana marga saka
kanugrahaning Pangeran. (Tuhan Maha
Belas-Kasih, bumi terpelihara berkat
anugrah Tuhan)
9. Pangeran iku maha kuwasa, pepesthen
saka karsaning Pangeran ora ana sing bisa
murungake. (Tuhan itu Mahakuasa, takdir
ditentukan atas kehendak Tuhan, tiada yang
bisa membatalkan kehendak Tuhan)
10. Urip iku saka Pangeran, bali marang
Pangeran. (Kehidupan berasal dari Tuhan
dan akan kembali kepada Tuhan)
11. Pangeran iku ora sare. (Tuhan tidak
pernah tidur)
12. Beda-beda pandumaning dumadi. (Tuhan
membagi anugrah yang berbeda-beda)
13. Pasrah marang Pangeran iku ora ateges
ora gelem nyambut gawe, nanging percaya
yen Pangeran iku maha Kuwasa. Dene kasil
orane apa kang kita tuju kuwi saka
karsaning Pangeran. (Pasrah kepada Tuhan
bukan berarti enggan bekerja, namun
percaya bahwa Tuhan Menentukan)
14. Pangeran nitahake sira iku lantaran
biyung ira, mulo kudu ngurmat biyung ira.
(Tuhan mencipta manusia dengan media
ibumu, oleh sebab itu hormatilah ibumu)
15. Sing bisa dadi utusaning Pangeran iku
ora mung jalma manungsa wae. (Yang bisa
menjadi utusan Tuhan bukan hanya manusia
saja)
16. Purwa madya wasana. (zaman awal/
sunyaruri, zaman tengah/ mercapada, zaman
akhir/ keabadian)
17. Owah gingsiring kahanan iku saka
karsaning Pangeran kang murbeng jagad.
(Berubahnya keadaan itu atas kehendak
Tuhan yang mencipta alam)
18. Ora ana kasekten sing madhani
pepesthen awit pepesthen iku wis ora ana
sing bisa murungake. (Tak ada kesaktian
yang menyamai takdir Tuhan, sebab takdir
itu tidak ada yang bisa membatalkan)
19. Bener kang asale saka Pangeran iku
lamun ora darbe sipat angkara murka lan
seneng gawe sangsaraning liyan. (Bener
yang menurut Tuhan itu bila tidak memiliki
sifat angkara murka dan gemar membuat
kesengsaraan orang lain)
20. Ing donya iki ana rong warna sing
diarani bener, yakuwi bener mungguhing
Pangeran lan bener saka kang lagi kuwasa.
(Kebenaran di dunia ada dua macam, yakni
benar menurut Tuhan dan benar menurut
penguasa)
21. Bener saka kang lagi kuwasa iku uga ana
rong warna, yakuwi kang cocok karo
benering Pangeran lan kang ora cocok karo
benering Pangeran. (Benar menurut
penguasa juga memiliki dua macam jenis
yakni cocok dengan kebenaran menurut
Tuhan dan tidak cocok dengan kebenaran
Tuhan)
22. Yen cocok karo benering Pangeran iku
ateges bathara ngejawantah, nanging yen
ora cocok karo benering Pangeran iku
ateges titisaning brahala. (Kebenaran yang
sesuai dengan kebenaran menurut Tuhan,
itu berarti tuhan yang mewujud, namun bila
tidak sesuai dengan kebenaran menurut
Tuhan, berarti penjelmaan angkara)
23. Pangeran iku dudu dewa utawa
manungsa, nanging sakabehing kang ana iki
uga dewa lan manungsa asale saka
Pangeran. (Tuhan itu bukan dewa atau
manusia, namun segala yang ada (dewa dan
manusia) adanya berasal dari Tuhan.
24. Ala lan becik iku gandengane, kabeh
kuwi saka karsaning Pangeran. (Keburukan
dan kebaikan merupakan satu kesatuan,
semua itu sudah menjadi rumus/kehendak
Tuhan)
25. Manungsa iku saka dating Pangeran
mula uga darbe sipating Pangeran. (Manusia
berasal dari zat Tuhan, maka manusia
memiliki sifat-sifat Tuhan)
26. Pangeran iku ora ana sing Padha, mula
aja nggambar-nggambarake wujuding
Pangeran. (Tidak ada yang menyerupai
Tuhan, maka janganlah melukiskan dan
menggambarkan wujud tuhan)
27. Pangeran iku kuwasa tanpa piranti, mula
saka kuwi aja darbe pangira yen manungsa
iku bisa dadi wakiling Pangeran. (Tuhan
berkuasa tanpa perlu pembantu, maka
jangan menganggap manusia menjadi wakil
Tuhan di bumi)
28. Pangeran iku kuwasa, dene manungsa
iku bisa. (Tuhan itu Mahakuasa, sementara
itu manusia hanyalah bisa)
29. Pangeran iku bisa ngowahi kahanan apa
wae tan kena kinaya ngapa. (Tuhan mampu
merubah keadaan apa saja tanpa bisa
dibayangkan/perumpamakan)
30. Pangeran bisa ngrusak kahanan kang
wis ora diperlokake, lan bisa gawe kahanan
anyar kang diperlokake. (Tuhan mampu
merusak keadaan yang tidak diperlukan lagi,
dan bisa membuat keadaan baru yang
diperlukan)
31. Watu kayu iku darbe dating Pangeran,
nanging dudu Pangeran. (Batu dan kayu
adalah milik zat Tuhan, namun bukanlah
Tuhan)
32. Manungsa iku bisa kadunungan dating
Pangeran, nanging aja darbe pangira yen
manungsa mau bisa diarani Pangeran. (Di
dalam manusia dapat bersemayam zat
tuhan, akan tetapi jangan merasa bila
manusia boleh disebut Tuhan)
33. Titah alus lan titah kasat mata iku kabeh
saka Pangeran, mula aja nyembah titah alus
nanging aja ngina titah alus. (Makhluk halus
dan makhluk kasar/wadag semuanya
berasal dari tuhan, maka dari itu jangan
menyembah makhluk halus, namun juga
jangan menghina makluk halus)
34. Samubarang kang katon iki kalebu titah
kang kasat mata, dene liyane kalebu titah
alus. (Semua yang tampak oleh mata
termasuk makhluk kasat mata, sedangkan
lainnya termasuk makhluk halus)
35. Pangeran iku menangake manungsa
senajan kaya ngapa. (Tuhan memenangkan
manusia walaupun seperti apa manusia itu)
36. Pangeran maringi kawruh marang
manungsa bab anane titah alus mau. (Tuhan
memberikan pengetahuan kepada manusia
tentang eksistensi makhluk halus)
37. Titah alus iku ora bisa dadi manungsa
lamun manungsa dhewe ora darbe
penyuwun marang Pangeran supaya titah
alus mau ngejawantah. (Makhluk halus tidak
bisa menjadi manusia bila manusia tidak
punya permohonan kepada Tuhan agar
makhluk halus menampakkan diri)
38. Sing sapa wani ngowahi kahanan kang
lagi ana, iku dudu sadhengah wong, nanging
minangka utusaning Pangeran. (Siapa yang
berani merubah keadaan yang terjadi,
bukanlah sembarang orang, namun sebagai
“utusan” tuhan)
39. Sing sapa gelem nglakoni kabecikan lan
ugo gelem lelaku, ing tembe bakal tampa
kanugrahaning Pangeran. (Siapa saja yang
bersedia melaksanakan kebaikan dan juga
mau “lelaku” prihatin, kelak akan
memperoleh anugrah tuhan)
40. Sing sapa durung ngerti lamun piyandel
iku kanggo pathokaning urip, iku sejatine
durung ngerti lamun ana ing donyo iki ono
sing ngatur. (siapa yang belum paham, lalu
menganggap sipat kandel itu sebagai
rambu-rambu hidup, yang demikian itu
sesungguhnya belum memahami bila di
dunia ini ada yang mengatur)
41. Sakabehing ngelmu iku asale saka
Pangeran kang Mahakuwasa. (Semua ilmu
berasal dari Tuhan yang Mahakuasa)
42. Sing sapa mikani anane Pangeran,
kalebu urip kang sempurna. (Siapa yang
mengetahui adanya Tuhan, termasuk hidup
dalam kesempurnaan).
Kebatinan
1. Dumadining sira iku lantaran anane bapa
biyung ira. (Lahirnya manusia karena berkat
adanya kedua orang tua)
2. Manungsa iku kanggonan sipating
Pangeran. (Di dalam manusia tedapat sifat-
sifat Tuhan)
3. Titah alus iku ana patang warna, yakuwi
kang bisa mrentah manungsa nanging ya
bisa mitulungi manungsa, kapindho kang
bisa mrentah manungsa nanging ora
mitulungi manungsa, katelu kang ora bisa
mrentah manungsa nanging bisa mitulungi
manungsa, kapat kang ora bisa mrentah
manungsa nanging ya ora bisa mrentah
manungsa.
(Makhluk halus ada empat macam,
pertama ; yang bisa memerintah manusia
namun bisa juga menolong manusia. Kedua;
yang bisa memerintah manusia namun tidak
bisa menolong manusia. Ketiga ; yang tidak
bisa memerintah manusia namun bisa
menolong manusia. Keempat ; yang tidak
bisa memerintah anusia namun juga tak
bisa diperintah manusia.
4. Lelembut iku ana rong warna, yakuwi
kang nyilakani lan kang mitulungi. (Makhluk
halus ada dua macam; yang mencelakai dan
yang menolong)
5. Guru sejati bisa nuduhake endi lelembut
sing mitulungi lan endi lelembut kang
nyilakani. (Guru Sejati bisa memberikan
petunjuk mana makhluk halus yang bisa
menolong dan mana yang mencelakakan)
6. Ketemu Gusti iku lamun sira tansah eling.
(“Bertemu” Tuhan dapat dicapai dengan cara
selalu eling)
7. Cakra manggilingan. (Kehidupan manusia
akan seperti roda yang selalu berputar,
kadang di bawah kadang di atas. Hukum
sebab akibat dan memungkinkan terjadi
penitisan)
8. Jaman iku owah gingsir. (Zaman akan
selalu mengalami perubahan)
9. Gusti iku dumunung ana atining
manungsa kang becik, mulo iku diarani
Gusti iku bagusing ati. (Tuhan berada di
dalam hati manusia yang baik, oleh sebab
itu disebut Gusti (bagusing ati)
10. Sing sapa nyumurupi dating Pangeran iku
ateges nyumurupi awake dhewe. Dene
kang durung mikani awake dhewe durung
mikani dating Pangeran. (Siapa yang
mengetahui zat Tuhan berarti mengetahui
dirinya sendiri. Sedangkan bagi yang belum
memahami jati dirinya sendiri maka tidak
mengetahui pula zat Tuhan)
11. Kahanan donya ora langgeng, mula aja
ngegungake kesugihan lan drajat ira, awit
samangsa ana wolak-waliking jaman ora
ngisin-ngisini. (Keadaan dunia tidaklah
abadi, maka jangan mengagungkan
kekayaan dan derajat pangkat, sebab bila
sewaktu-waktu terjadi zaman serba
berbalik tidak menderita malu)
12. Kahanan kang ana iki ora suwe mesthi
ngalami owah gingsir, mula aja lali marang
sapadha-padhaning tumitah. (Keadaan yang
ada sekarang ini tidak akan berlangsung
lama pasti akan mengalami perubahan,
maka dari itu janganlah lupa kepada sesama
makhluk hidup ciptaan Tuhan)
13. Lamun sira kepengin wikan marang alam
jaman kelanggengan, sira kudu weruh
alamira pribadi. Lamun sira durung mikan
alamira pribadi adoh ketemune. (Bila kamu
ingin mengetahui alam di zaman
kelanggengan. Kamu harus memahami
alam jati diri (jagad alit), bila kamu belum
paham jati dirimu, maka akan sulit untuk
menemukan (alam kelanggengan)
14. Yen sira wus mikani alamira pribadi,
mara sira mulanga marang wong kang
durung wikan. (Jika kamu sudah memahami
jati diri, maka ajarilah orang-orang yang
belum memahami)
15. Lamun sira wus mikani alamira pribadi,
alam jaman kelanggengan iku cedhak tanpa
senggolan, adoh tanpa wangenan. (Bila
kamu sudah mengetahui sejatinya diri
pribadi, tempat zaman kelanggengan itu
seumpama dekat tanpa bersentuhan, jauh
tanpa jarak)
16. Lamun sira durung wikan alamira pribadi
mara takono marang wong kang wus
wikan. (Bila anda belum paham jati diri
pribadi, datang dan tanyakan kepada orang
yang telah paham)
17. Lamun sira durung wikan kadangira
pribadi, coba dulunen sira pribadi. (Bila anda
belum paham saudaramu yang sejati,
carilah hingga ketemu dirimu pribadi)
18. Kadangira pribadi ora beda karo jeneng
sira pribadi, gelem nyambut gawe.
(“Saudara sejati” mu tidak berbeda dengan
diri pribadimu, bersedia bekerja)
19. Gusti iku sambaten naliko sira lagi
nandang kasangsaran. Pujinen yen sira lagi
nampa kanugrahaning Gusti. (Pintalah Tuhan
bila anda sedang menderita kesengsaraan,
pujilah bila anda sedang menerima anugrah)
20. Lamun sira pribadi wus bisa caturan karo
lelembut, mesthi sira ora bakal ngala-ala
marang wong kang wus bisa caturan karo
lelembut. (Bila anda sudah bisa bercakap-
cakap dengan makhluk halus, pasti anda
tidak akan menghina dan mencela orang
yang sudah bisa bercakap-cakap dengan
makhluk halus)
21. Sing sapa nyembah lelembut iku keliru,
jalaran lelembut iku sejatine rowangira, lan
ora perlu disembah kaya dene manembah
marang Pangeran. (Siapa yang menyembah
lelembut adalah tindakan keliru, sebab
lelembut sesungguhnya teman mu sendiri)
22. Weruh marang Pangeran iku ateges wis
weruh marang awake dhewe, lamun durung
weruh awake dhewe, tangeh lamun weruh
marang Pangeran. (Memahami tuhan berarti
sudah memahami diri sendiri, jika belum
memahami jati diri, mustahil akan
memahami Tuhan)
23. Sing sapa seneng ngrusak
katentremane liyan bakal dibendu dening
Pangeran lan diwelehake dening tumindake
dhewe. (Siapa yang gemar merusak
ketentraman orang lain, pasti akan dihukum
oleh Tuhan dan dipermalukan oleh
perbuatannya sendiri)
24. Lamun ana janma ora kepenak, sira aja
lali nyuwun pangapura marang Pangeranira,
jalaran Pangeranira bakal aweh pitulungan.
(Walaupun mengalami zaman susah, namun
janganlah lupa mohon ampunan kepada
Tuhan, sebab Tuhan akan memberikan
pertolongan)
25. Gusti iku dumunung ana jeneng sira
pribadi, dene ketemune Gusti lamun sira
tansah eling. (Tuhan ada di dalam diri
pribadi, dapat anda ketemukan dengan cara
selalu eling)
Filsafat Kemanusiaan
1. Rame ing gawe sepi ing pamrih, memayu
hayuning bawana. (Giat bekerja/membantu
dengan tanpa pamrih, memelihara alam
semesta /mengendalikan nafsu)
2. Manungsa sadrema nglakoni, kadya
wayang umpamane. (Manusia sekedar
menjalani apa adanya, seumpama wayang)
3. Ati suci marganing rahayu. (Hati yang suci
menjadi jalan menuju keselamatan jiwa
dan raga)
4. Ngelmu kang nyata, karya reseping ati.
(Ilmu yang sejati, membuat tenteram di
hati)
5. Ngudi laku utama kanthi sentosa ing budi.
(Menghayati perilaku mulia dengan budi
pekerti luhur)
6. Jer basuki mawa beya. (Setiap usaha
memerlukan beaya)
7. Ala lan becik dumunung ana awake
dhewe. (Kejahatan dan kebaikan terletak di
dalam diri pribadi)
8. Sing sapa lali marang kebecikaning liyan,
iku kaya kewan. (Siapa yang lupa akan amal
baik orang lain, bagaikan binatang)
9. Titikane aluhur, alusing solah tingkah budi
bahasane lan legawaning ati, darbe sipat
berbudi bawaleksana. (Ciri khas orang mulia
yakni, perbuatan dan sikap batinnya halus ,
tutur kata yang santun, lapang dada, dan
mempunyai sikap wibawa luhur budi
pekertinya)
10. Ngunduh wohing pakarti. (Orang dapat
menerima akibat dari ulahnya sendiri)
11. Ajining dhiri saka lathi lan budi.
(Berharganya diri pribadi tergantung ucapan
dan akhlaknya)
12. Sing sapa weruh sadurunge winarah lan
diakoni sepadha-padhaning tumitah iku
kalebu utusaning Pangeran. (Siapa yang
mengetahui sebelum terjadi dan diakui
sesama manusia, ia termasuk utusan tuhan)
13. Sing sapa durung wikan anane jaman
kelanggengan iku, aja ngaku dadi janma
linuwih. (Siapa yang belum paham adanya
zaman keabadian, jangan mengaku menjadi
orang linuwih)
14. Tentrem iku saranane urip aneng donya.
(Ketenteraman adalah sarana menjalani
kehidupan di dunia)
15. Yitna yuwana lena kena. (Eling waspdha
akan selamat, yang lengah akan celaka)
16. Ala ketara becik ketitik. (Yang jahat
maupun yang baik pasti akan terungkap
juga)
17. Dalane waskitha saka niteni. (Cara agar
menjadi awas, adalah berawal dari sikap
cermat dan teliti)
18. Janma tan kena kinira kinaya ngapa.
(Manusia sulit diduga dan dikira)
19. Tumrap wong lumuh lan keset iku
prasasat wisa, pangan kang ora bisa ajur iku
kena diarani wisa, jalaran mung bakal
nuwuhake lelara. (Bagi manusia, fakir dan
malas menjadi bisa/racun, makanan yang
tak bisa hancur dapat disebut sebagai bisa/
racun, sebab hanya akan menimbulkan
penyakit)
20. Klabang iku wisane ana ing sirah.
Kalajengking iku wisane mung ana pucuk
buntut. Yen ula mung dumunung ana ula
kang duwe wisa. Nanging durjana wisane
dumunung ana ing sekujur badan. (Racun
bisa Lipan terletak di kepala, racun bisa
kalajengking ada di ujung ekor, racun bisa
ular hanya ada pada ular yang berbisa,
namun manusia durjana racun bisanya ada di
sekujur badan)
21. Geni murub iku panase ngluwihi panase
srengenge, ewa dene umpama ditikelake
loro, isih kalah panas tinimbang guneme
durjana. (Nyala api panasnya melebihi panas
matahari, namun demikian umpama panas
dilipatgandakan, masih kalah panas daripada
ucapan orang durjana)
22. Tumprape wong linuwih tansah ngundi
keslametaning liyan, metu saka atine
dhewe. (Bagi orang linuwih selalu berupaya
menjaga keselamatan untuk sesama, yang
keluar dari niat suci diri pribadi)
23. Pangucap iku bisa dadi jalaran
kebecikan. Pangucap uga dadi jalaraning
pati, kesangsaran, pamitran. Pangucap uga
dadi jalaraning wirang. (Ucapan itu dapat
menjadi sarana kebaikan, sebaliknya ucapan
bisa pula menyebabkan kematian,
kesengsaraan. Ucapan bisa menjadi
penyebab menanggung malu)
24. Sing bisa gawe mendem iku: 1) rupa
endah; 2) bandha, 3) dharah luhur; 4) enom
umure. Arak lan kekenthelan uga gawe
mendem sadhengah wong. Yen ana wong
sugih, endah warnane, akeh kapinterane,
tumpuk-tumpuk bandhane, luhur dharah lan
isih enom umure, mangka ora mendem,
yakuwi aran wong linuwih. (Penyebab orang
menjadi lupa diri adalah : gemerlap hidup,
harta, kehormatan, darah muda. Arak dan
minuman juga membuat mabuk sementara
orang. Namun bila ada orang kaya, tampan
rupawan, banyak kepandaiannya, hartanya
melimpah, terhormat, dan masih muda usia,
namun semua itu tidak membuat lupa diri,
itulah orang linuwih)
25. Sing sapa lena bakal cilaka. (Siapa
terlena akan celaka)
26. Mulat salira, tansah eling kalawan
waspada. (Jadi orang harus selalu mawas
diri, eling dan waspadha)
27. Andhap asor. (Bersikap sopan dan
santun)
28. Sakbegja-begjane kang lali luwih begja
kang eling klawan waspada.
(Seberuntungnya orang lupa diri, masih lebih
beruntung orang yang eling dan waspadha)
29. Sing sapa salah seleh. (Siapapun yang
bersalah akan menanggung celaka)
30. Nglurug tanpa bala, menang tanpa
ngasorake. (Bertanding tanpa bala bantuan)
31. Sugih ora nyimpen. (Orang kaya namun
dermawan)
32. Sekti tanpa maguru. (Sakti tanpa
berguru, alias dengan menjalani laku
prihatin yang panjang)
33. Menang tanpa ngasorake. (Menang
tanpa menghina)
34. Rawe-rawe rantas malang-malang
putung. (Yang mengganggu akan lebur,
yang menghalangi akan hancur)
35. Mumpung anom ngudiya laku utama.
(Selagi muda berusahalah selalu berbuat
baik)
36. Yen sira dibeciki ing liyan, tulisen ing
watu, supaya ora ilang lan tansah kelingan.
Yen sira gawe kebecikan marang liyan
tulisen ing lemah, supaya enggal ilang lan
ora kelingan. (Jika kamu menerima
kebaikan orang lain, tulislah di atas batu
supaya tidak hilang dari ingatan. Namun bila
kamu berbuat baik kepada orang lain
hendaknya ditulis di atas tanah, supaya
segera hilang dari ingatan)
37. Sing sapa temen tinemu. (Siapa yang
bersungguh-sungguh akan berhasil)
38. Melik nggendhong lali. (Pamrih
menyebabkan lupa diri)
39. Kudu sentosa ing budi. (Harus selamat
ke dalam jiwa)
40. Sing prasaja. (Menjadi orang harus
bersikap sabar)
41. Balilu tau pinter durung nglakoni. (Orang
bodoh yang sering mempraktekan, kalah
pandai dengan orang pinter namun belum
pernah mempraktekan)
42. Tumindak kanthi duga lan prayogo.
(Bertindak dengan penuh hati-hati dan teliti/
tidak sembrono)
43. Percaya marang dhiri pribadi.
(Bersikaplah percaya diri)
44. Nandur kebecikan. (Tanamlah selalu
kebaikan)
45. Janma linuwih iku bisa nyumurupi anane
jaman kelanggengan tanpa ngalami pralaya
dhisik. (Manusia linuwih adalah dapat
mengetahui adanya zaman keabadian tanpa
harus mati lebih dulu)
46. Sapa kang mung ngakoni barang kang
kasat mata wae, iku durung weruh jatining
Pangeran. (Siapa yang hanya mengakui hal-
hal kasat mata saja, itulah orang yang
belum memahami sejatinya Tuhan)
47. Yen sira kasinungan ngelmu kang
marakake akeh wong seneng, aja sira
malah rumangsa pinter, jalaran menawa
Gusti mundhut bali ngelmu kang marakake
sira kaloka iku, sira uga banjur kaya wong
sejene, malah bisa aji godhong jati aking.
(Bila anda mendapat anugrah ilmu yang
membuat banyak orang senang, janganlah
kamu merasa pintar, sebab apabila Tuhan
mengambil lagi ilmu yang menyebabkan
anda terkenal itu, anda akan menjadi orang
biasa lagi, malah lebih bermanfaat daun
yang kering)
48. Sing sapa gelem gawe seneng marang
liyan, iku bakal oleh wales kang luwih
gedhe katimbang apa kang wis ditindakake.
(Barang siapa gemar membuat orang lain
bahagia, anda akan mendapatkankan
balasan yang lebih besar dari apa yang telah
anda lakukan)

Syekh Siti Jenar

| | 0 komentar |
Ajaran Syekh Siti Jenar yang paling kontroversial
terkait dengan konsepnya tentang hidup dan
mati, Tuhan dan kebebasan, serta tempat
berlakunya syariat tersebut. Syekh Siti Jenar
memandang bahwa kehidupan manusia di dunia
ini disebut sebagai kematian. Sebaliknya, yaitu apa
yang disebut umum sebagai kematian justru
disebut sebagai awal dari kehidupan yang hakiki
dan abadi.
Mau tahu selanjutnya tentang Syekh Siti Jenar,
silahkan baca selanjutnya.....
Konsekuensinya, ia tidak dapat dikenai hukum
yang bersifat keduniawian (hukum negara dan
lainnnya), tidak termasuk didalamnya hukum
syariat peribadatan sebagaimana ketentuan
syariah. Dan menurut ulama pada masa itu yang
memahami inti ajaran Siti Jenar bahwa manusia
di dunia ini tidak harus memenuhi rukun Islam
yang lima, yaitu: syahadat, shalat, puasa, zakat
dan haji. Baginya, syariah itu baru berlaku
sesudah manusia menjalani kehidupan paska
kematian. Syekh Siti Jenar juga berpendapat
bahwa Allah itu ada dalam dirinya, yaitu di dalam
budi. Pemahaman inilah yang dipropagandakan
oleh para ulama pada masa itu. Mirip dengan
konsep Al-Hallaj (tokoh sufi Islam yang dihukum
mati pada awal sejarah perkembangan Islam
sekitar abad ke-9 Masehi) tentang Hulul yang
berkaitan dengan kesamaan sifat manusia dan
Tuhan. Dimana Pemahaman ketauhidan harus
dilewati melalui 4 tahapan ; 1. Syariat (dengan
menjalankan hukum-hukum agama spt sholat,
zakat dll); 2. Tarekat, dengan melakukan amalan-
amalan spt wirid, dzikir dalam waktu dan
hitungan tertentu; 3. Hakekat, dimana hakekat dari
manusia dan kesejatian hidup akan ditemukan;
dan 4. Ma'rifat, kecintaan kepada Allah dengan
makna seluas-luasnya. Bukan berarti bahwa
setelah memasuki tahapan-tahapan tersebut
maka tahapan dibawahnya ditiadakan.
Pemahaman inilah yang kurang bisa dimengerti
oleh para ulama pada masa itu tentang ilmu
tasawuf yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar.
Ilmu yang baru bisa dipahami setelah melewati
ratusan tahun pasca wafatnya sang Syekh. Para
ulama mengkhawatirkan adanya kesalahpahaman
dalam menerima ajaran yang disampaikan oleh
Syekh Siti Jenar kepada masyarakat awam
dimana pada masa itu ajaran Islam yang harus
disampaikan adalah pada tingkatan 'syariat'.
Sedangkan ajaran Siti Jenar sudah memasuki
tahap 'hakekat' dan bahkan 'ma'rifat'kepada Allah
(kecintaan dan pengetahuan yang mendalam
kepada ALLAH). Oleh karenanya, ajaran yang
disampaikan oleh Siti Jenar hanya dapat
dibendung dengan kata 'SESAT'. Dalam
pupuhnya, Syekh Siti Jenar merasa malu apabila
harus berdebat masalah agama. Alasannya
sederhana, yaitu dalam agama apapun, setiap
pemeluk sebenarnya menyembah zat Yang Maha
Kuasa. Hanya saja masing - masing menyembah
dengan menyebut nama yang berbeda - beda
dan menjalankan ajaran dengan cara yang belum
tentu sama. Oleh karena itu, masing - masing
pemeluk tidak perlu saling berdebat untuk
mendapat pengakuan bahwa agamanya yang
paling benar. Syekh Siti Jenar juga mengajarkan
agar seseorang dapat lebih mengutamakan
prinsip ikhlas dalam menjalankan ibadah. Orang
yang beribadah dengan mengharapkan surga
atau pahala berarti belum bisa disebut ikhlas.
Manunggaling Kawula Gusti
Dalam ajarannya ini, pendukungnya berpendapat
bahwa Syekh Siti Jenar tidak pernah menyebut
dirinya sebagai Tuhan. Manunggaling Kawula
Gusti dianggap bukan berarti bercampurnya
Tuhan dengan Makhluknya, melainkan bahwa
Sang Pencipta adalah tempat kembali semua
makhluk. Dan dengan kembali kepada Tuhannya,
manusia telah menjadi bersatu dengan
Tuhannya.Dan dalam ajarannya, 'Manunggaling
Kawula Gusti' adalah bahwa di dalam diri manusia
terdapat ruh yang berasal dari ruh Tuhan sesuai
dengan ayat Al Qur'an yang menerangkan
tentang penciptaan manusia ("Ketika Tuhanmu
berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku
akan menciptakan manusia dari tanah. Maka
apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan
Kutiupkan kepadanya roh Ku; maka hendaklah
kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya
(Shaad; 71-72)")>. Dengan demikian ruh manusia
akan menyatu dengan ruh Tuhan dikala
penyembahan terhadap Tuhan terjadi. Perbedaan
penafsiran ayat Al Qur'an dari para murid Syekh
Siti inilah yang menimbulkan polemik bahwa di
dalam tubuh manusia bersemayam ruh Tuhan,
yaitu polemik paham 'Manunggaling Kawula
Gusti'. Kisah Syekh Siti Jenar sampai sekarang
masih jadi misterius.... semuanya kembali pada
diri kita sendiri terhadap kisah Syekh Siti Jenar ..
terima kasih.

SUNAN MURIA

| | 0 komentar |
Ia putra Dewi Saroh --adik kandung Sunan Giri
sekaligus anak Syekh Maulana Ishak, dengan
Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden
Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat
tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18
kilometer ke utara kota Kudus. Gaya
berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya,
Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang
ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah
sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk
menyebarkan agama Islam.
Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan
keterampilan-keterampilan bercocok tanam,
berdagang dan melaut adalah kesukaannya.
Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai
penengah dalam konflik internal di Kesultanan
Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi
yang mampu memecahkan berbagai masalah
betapapun rumitnya masalah itu. Solusi
pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh
semua pihak yang berseteru. Sunan Muria
berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar
Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat
seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.

SUNAN KUDUS

| | 0 komentar |
Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan
Sunan Ngudung dan Syarifah (adik Sunan
Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan
bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang
putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di
Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat
menjadi Panglima Perang. Sunan Kudus banyak
berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia
berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa
Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung
Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru
pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada
budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan
lebih halus. Itu sebabnya para wali --yang
kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang
mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-
menunjuknya.
Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus
adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol
Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur
masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan
pancuran/padasan wudhu yang melambangkan
delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi
yang dilakukan Sunan Kudus. Suatu waktu, ia
memancing masyarakat untuk pergi ke masjid
mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja
menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo
Gumarang di halaman masjid. Orang-orang
Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi
simpati. Apalagi setelah mereka mendengar
penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al
Baqarah yang berarti "sapi betina". Sampai
sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus,
masih menolak untuk menyembelih sapi. Sunan
Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan.
Kisah tersebut disusunnya secara berseri,
sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti
kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang
tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari
masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah
Sunan Kudus mengikat masyarakatnya. Bukan
hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan
Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga
pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan
Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah
kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur
melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.

SUNAN DRAJAT

| | 0 komentar |
SUNAN DRAJAT
Nama kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan
Ampel. Dengan demikian ia bersaudara dengan
Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yang
bergelar Raden Syaifuddin ini lahir pada tahun
1470 M. Sunan Drajat mendapat tugas pertama
kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir
Gresik, melalui laut. Ia kemudian terdampar di
Dusun Jelog --pesisir Banjarwati atau Lamongan
sekarang. Tapi setahun berikutnya Sunan Drajat
berpindah 1 kilometer ke selatan dan mendirikan
padepokan santri Dalem Duwur, yang kini
bernama Desa Drajat, Paciran-Lamongan.
Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan
Drajat mengambil cara ayahnya: langsung dan
tidak banyak mendekati budaya lokal. Meskipun
demikian, cara penyampaiannya mengadaptasi
cara berkesenian yang dilakukan Sunan Muria.
Terutama seni suluk. Maka ia menggubah
sejumlah suluk, di antaranya adalah suluk petuah
"berilah tongkat pada si buta/beri makan pada
yang lapar/beri pakaian pada yang telanjang'.
Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang
bersahaja yang suka menolong. Di pondok
pesantrennya, ia banyak memelihara anak-anak
yatim-piatu dan fakir miskin.

SUNAN GUNUNG JATI

| | 0 komentar |
Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan
dengan Sunan Gunung Jati. Diantaranya adalah
bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual
seperti Isra' Mi'raj, lalu bertemu Rasulullah SAW,
bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi
Sulaeman. (Babad Cirebon Naskah Klayan hal.xxii).
Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman
masyarakat masa itu pada Sunan Gunung Jati.
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah
diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya
adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran
Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya adalah
Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda,
pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari
Palestina.
Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak
berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat
berkelana ke berbagai negara. Menyusul
berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas
restu kalangan ulama lain, ia mendirikan
Kasultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai
Kasultanan Pakungwati. Dengan demikian, Sunan
Gunung Jati adalah satu-satunya "wali songo"
yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung
Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra
Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari
pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau
Priangan.
Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan
Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga
mendekati rakyat dengan membangun
infrastruktur berupa jalan-jalan yang
menghubungkan antar wilayah. Bersama
putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung
Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten.
Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan
sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut
yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan
Banten. Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati
mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni
dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada
Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan
Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di
Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah
Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15
kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.

SUNAN KALIJAGA

| | 0 komentar |
Dialah "wali" yang namanya paling banyak
disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun
1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta,
Adipati Tuban -keturunan dari tokoh
pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu,
Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam
Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia
juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti
Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau
Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi
menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang
disandangnya.
Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu
berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan
Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan
bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati.
Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan
wali ini untuk berendam ('kungkum') di sungai
(kali) atau "jaga kali". Namun ada yang menyebut
istilah itu berasal dari bahasa Arab "qadli dzaqa"
yang menunjuk statusnya sebagai "penghulu
suci" kesultanan.Masa hidup Sunan Kalijaga
diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun.
Dengan demikian ia mengalami masa akhir
kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan
Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan
juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta
awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah
pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula
merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon
dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan
kayu) yang merupakan salah satu dari tiang
utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.Dalam
dakwah, ia punya pola yang sama dengan
mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan
Bonang. Paham keagamaannya cenderung
"sufistik berbasis salaf" -bukan sufi panteistik
(pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan
kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah. Ia
sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat
bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang
pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara
bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi.
Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah
dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama
hilang. Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan
sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia
menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta
seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah
pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg
maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang
Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa
Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta
masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.
Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian
besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui
Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati
Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas,
serta Pajang (sekarang Kotagede - Yogya). Sunan
Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan
Demak.

SUNAN BONANG

| | 0 komentar |
Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu
Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah
Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan
1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi
Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban
Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan
Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai
daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen,
Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya
pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat
toleran pada budaya setempat. Cara
penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu
sebabnya para wali --yang kesulitan mencari
pendakwah ke Kudus yang mayoritas
masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya.
Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus
adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol
Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur
masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan
pancuran/padasan wudhu yang melambangkan
delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi
yang dilakukan Sunan Kudus.
Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk
pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya.
Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang
diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid.
Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi,
menjadi simpati. Apalagi setelah mereka
mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang
surat Al Baqarah
yang berarti "sapi betina". Sampai sekarang,
sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih
menolak untuk menyembelih sapi.
Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita
ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara
berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk
mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan
yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam
dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan
begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.
Bukan hanya berdakwah seperti itu yang
dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia
juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan
Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah
kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur
melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.

SUNAN GIRI

| | 0 komentar |
Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias
Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri lahir di
Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada
juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah
nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang
pernah dibuang oleh keluarga ibunya--seorang
putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu
ke laut. Raden Paku kemudian dipungut anak oleh
Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi Meinsma).
Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara
sekandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak
berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal
mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia
meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga
ke Samudra Pasai.
Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren
misannya, Sunan Ampel, tempat dimana Raden
Patah juga belajar. Ia sempat berkelana ke Malaka
dan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, ia
membuka pesantren di daerah perbukitan Desa
Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa,
bukit adalah "giri". Maka ia dijuluki Sunan Giri.
Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai
tempat pendidikan dalam arti sempit, namun juga
sebagai pusat pengembangan masyarakat. Raja
Majapahit -konon karena khawatir Sunan Giri
mencetuskan pemberontakan- memberi
keleluasaan padanya untuk mengatur
pemerintahan. Maka pesantren itupun
berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan
yang disebut Giri Kedaton. Sebagai pemimpin
pemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai
Prabu Satmata.
Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang
penting di Jawa, waktu itu. Ketika Raden Patah
melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah
bertindak sebagai penasihat dan panglima militer
Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam
Babad Demak. Selanjutnya, Demak tak lepas dari
pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti,
pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa.
Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah
seorang penerusnya, Pangeran Singosari, dikenal
sebagai tokoh paling gigih menentang kolusi VOC
dan Amangkurat II pada Abad 18.
Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai
penyebar Islam yang gigih ke berbagai pulau,
seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku,
Ternate, hingga Nusa Tenggara. Penyebar Islam
ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua
sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang
berasal dari Minangkabau.
Dalam keagamaan, ia dikenal karena
pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih.
Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan
Abdul Fakih. Ia juga pecipta karya seni yang luar
biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran,
lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasi
Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana
dan Pucung -lagi bernuansa Jawa namun syarat
dengan ajaran Islam.

SUNAN AMPEL

| | 0 komentar |
Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut
Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di
masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden
Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi.
Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama
tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah
Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini
menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo
sekarang)
Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel
masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M
bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun
1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di
Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang,
kemudian ia melabuh ke daerah Gresik.
Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya,
seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati,
yang dipersunting salah seorang raja Majapahit
beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.
Sunan Ampel menikah dengan putri seorang
adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia
dikaruniai beberapa putera dan puteri.
Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah
Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika
Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota
Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut
membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di
Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden
Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja
Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun
1475 M.
Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang
dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun
mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula
ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada
pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi
sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di
wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di
antara para santrinya adalah Sunan Giri dan
Raden Patah. Para santri tersebut kemudian
disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok
Jawa dan Madura.
Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi.
Namun, pada para santrinya, ia hanya
memberikan pengajaran sederhana yang
menekankan pada penanaman akidah dan ibadah.
Dia-lah yang mengenalkan istilah "Mo Limo" (moh
main, moh ngombe, moh maling, moh madat,
moh madon). Yakni seruan untuk "tidak berjudi,
tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak
menggunakan narkotik, dan tidak berzina.
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481
M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat
Masjid Ampel, Surabaya.

SUNAN MAULANA MALIK IBRAHIM

| | 0 komentar |
Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-
Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand,
Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad
Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya
Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa
terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi
Asmarakandi
Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut
sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah
menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan
Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai,
sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku).
Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang
ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro,
yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil
Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari
Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw.
Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di
Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas
tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri
raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah
Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan
Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa
cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu,
tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke
Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.
Beberapa versi menyatakan bahwa
kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah
yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo,
daerah yang masih berada dalam wilayah
kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang,
adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9
kilometer utara kota Gresik.
Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu
adalah berdagang dengan cara membuka
warung. Warung itu menyediakan kebutuhan
pokok dengan harga murah. Selain itu secara
khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri
untuk mengobati masyarakat secara gratis.
Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang
untuk mengobati istri raja yang berasal dari
Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut
masih kerabat istrinya.
Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru
bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat
bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka
sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari
tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu
tengah dilanda krisis ekonomi dan perang
saudara. Selesai membangun dan menata
pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun
1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya
kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa
Timur.

Yang Mau Ramal Jodoh Saya Persilahkan...!!